” Indonesia harus mulai mandiri dalam pengadaan alutsista
!”. “Pembelian alutsista harus disertakan transfer of technology
!”. Kata-kata itu sering mampir ke telinga kita. Semua orang sepakat
dengan kalimat itu. Indah, karena membawa angan ke masa kejayaan.
Sekarang, mari tarik ke dunia nyata. PT DI telah lama berencana
membuat helikopter serang ringan. Beberapa tahun lalu dikeluarkan nama
Bumblebee, helikopter serbu ringan yang akan merujuk kepada NBO-105.
Helikopter Bolkow 105 ini memang sering digunakan TNI AD dalam operasi militer
sebagai bantuan serangan darat.
PT DI bisa dikatakan master untuk urusan teknologi NBO 105.
Bedanya, Bumblebee akan dijadikan helikopter serang ringan dengan konfigurasi
kursi tandem, dilengkapi dengan roket serta machine gun pod.
Belum sempat prototype-nya dibuat, muncul lagi konsep helikopter
serang ringan Gandiwa yang merujuk kepada helikopter NB-412. Selain master
di bidang teknologi NB-105, Indonesia juga menguasai teknologi NB-412.
Konfigurasi Gandiwa juga tandem seat, namun memiliki kemampuan
yang lebih besar dari Blumblebee.
Namun..lagi lagi namun. Helikopter serang ringan Gandiwa hanya
ramai dibicarakan saat pameran dirgantara ataupun alutsista militer. “Indonesia
bisa membuat helikopter serbu ! Hebat. Orang pun kagum. Setelah pameran usai,
proyek helikopter Gandiwa kembali disimpan ke dalam laci dan dikunci.
Tanpa kita sadari rencana pembuatan helikopter Gandiwa membahana
ramai dibicarakan dunia Internasional, termasuk di Eropa. Mereka paham PT DI
telah puluhan tahun berkecimpung dipembuatan helikopter, jadi tidak
meragukannya lagi.
Karakteristik
Helikopter Gandiwa:
Crew: 2 (pilot, and co-pilot/gunner)
Length: 58.17 ft (17.73 m) (with both rotors turning)
Rotor diameter: 48 ft 0 in (14.63 m)
Height: 12.7 ft (3.87 m)
Disc area: 1,809.5 ft² (168.11 m²)
Empty weight: 11,387 lb (5,165 kg)
Loaded weight: 17,650 lb (8,000 kg)
Max takeoff weight: 23,000 lb (10,433 kg)
Powerplant: 2 × General Electric T700-GE-701 and later upgraded to T700-GE-701C
(1990–present) & T700-GE-701D (AH-64D block III) turboshafts, -701: 1,690
shp, -701C: 1,890 shp, -701D: 2,000 shp (-701: 1,260 kW, -701C: 1,490 kW,
-701D: 1,490 kW) each.
Fuselage length: 49 ft 5 in (15.06 m)
Rotor systems: 4 blade main rotor, 4 blade tail rotor in non-orthogonal
alignment
Performance:
Never exceed speed: 197 knots (227 mph, 365 km/h)
Maximum speed: 158 knots (182 mph, 293 km/h)
Cruise speed: 143 knots (165 mph, 265 km/h)
Range: 257 nmi (295 mi, 476 km) with Longbow radar mast
Combat radius: 260 nmi (300 mi, 480 km)
Ferry range: 1,024 nmi (1,180 mi, 1,900 km)
Service ceiling: 21,000 ft (6,400 m) minimum loaded
Rate of climb: 2,500 ft/min (12.7 m/s)
Disc loading: 9.80 lb/ft² (47.9 kg/m²)
Power/mass: 0.18 hp/lb (0.31 kW/kg)
Persenjataan:
Guns: 1× 30 × 113 mm (1.18 × 4.45 in) M230 Chain Gun with 1,200 rounds
Hardpoints: 4 pylon stations on the stub wings. Longbows also have a station on
each wingtip for an AIM-92 ATAS twin missile pack.
Rockets: Hydra 70 70 mm, and CRV7 70 mm air-to-ground rockets
Missiles: Typically AGM-114 Hellfire variants; AIM-92 Stinger may also be
carried.
Radar yang akan digunakan Gandiwa belum diketahui
. Gandiwa/ Nemesis,
Helikopter Serang TNI
Helicopter Gandiwa ditujukan memiliki kemampuan menyergap target
darat, seperti infanteri dan kendaraan lapis baja dan mampu membawa rudal udara
ke udara untuk pertahanan diri. Selain memberikan dukungan udara bagi
pasukan darat, Gandiwa merupakan anti-tank, untuk menghancurkan kendaraan
lapis baja lawan.
Design
Development
Helikopter tempur Gandiwa memiliki dua engine dengan empat bilah
blade komposit dan dilengkapi wing pylon untuk mensupport persenjataan yang
dibawa. Main rotor, tail rotor, engine dan gearbox tidak mengalami
perubahan besar dari basis helikopter. Namun avionik dan sistem diubah dan
disesuaikan dengan kebutuhan utama helikopter serang.
Untuk memudahkan pilot dalam menjalankan misinya digunakan glass
cockpit avionic system. Penambahan sistem senjata dan firing control juga
menjadi hal utama dalam pengembangan helikopter ini.
Berat dan distribusi berat tidak berubah banyak dari basis
helikopter. Namun penumpang dan payload yang biasa dibawa, diganti menjadi
senjata dan amunisi. Gandiwa adalah panah sakti milik Arjuna yang
dilengkapi tabung berisi panah tak hingga jumlahnya.
PT DI telah memaparkan segalanya tentang prototype heli serang
ringan Gandiwa. Baik dari seri: karakteristik, performance maupun
persenjataannya. Lebih dari itu tidak ada orang di dunia ini yang meragukan
kemampuan PT DI dalam membuat helikopter.
Anggaran TNI AD tahun 2013 mencapai Rp 14 triliun. Tentu tidak
berlebihan sebagian dialokasikan untuk pembuatan helikopter serang ringan
Gandiwa. Gandiwa adalah kemandirian alutsista yang sedang kita cari dan kita
lontarkan saat berbicara pengadaan alutsista.
Akankah
Helikopter Gandiwa Terwujud ?
Kita coba lihat pemikiran Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia
(PT DI) Budi Santoso saat dikunjungi wartawan di Kantor Pusat PT DI, Jalan
Pajajaran, Bandung, Jumat (15/2/2013).
PT DI tidak lagi boleh tergantung terhadap
suntikan modal pemerintah, melainkan harus berpikir menjadi sebuah korporasi
perusahaan pesawat terbang yang fokus pada pasar.
“Sederhananya, prioritas pertama membuat PT
DI kompetitif dibandingkan perusahaan lain terutama dalam produksi. Kita nggak
jual desain, kita jual barang.
“Kita perkuat PT DI menjadi persahaan bukan
perusahaan riset, mudah-mudahan tidak tercampur politik. Pengalaman buruk
begitu Pak Harto berhenti, program hancur semua. PT DI ke depan tidak mau
lagi menjual mimpi, melainkan menghasilkan produk berdasarkan kemampuan.
Apakah anda optimis helikopter serang ringan Gandiwa segera
terwujud atau sebaliknya, setelah mendengarkan pandangan Direktur PT DI
di atas ?
Helikopter T-129
Turki
Jika Indonesia masih
berdebat tentang wacana pembuatan helikopter serang ringan Gandiwa, maka Turki
tahun 2013 ini mulai memproduksi helikopter serang buatan dalam negeri T-129.
Apa yang diucapkan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan saat menyaksikan
ujicoba prototype helikopter serang T-129:
''Our goal is fully provision with defense
products through domestic production''.Pepatah Turki mengatakan: ''berpikir boleh berpikir. Berpikirlah
sebelum melakukan sesuatu. Namun jangan engkau terus berpikir karena hidangan
santap malam bisa terlanjur dingin. Ketika engkau meninggal, temanmu akan
menuliskan angka “nol besar” di batu nisanmu. Pergi dan Lakukan'' (JKGR).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar